Opini : Saswal Ukba, S. Sos, M.Sos
Muna Barat – Sebagai pemuda yang terlahir di Wou, yang sekarang bernama Desa Wakontu, Kecamatan Wadaga, Kabupaten Muna Barat Sulawesi Tenggara, saya memiliki perasaan nurani yang begitu mendalam untuk menyaksikan daerah nya dapat tumbuh kembang seperti dengan daerah-daerah maju yang lain.
Muna Barat jika dilihat dari usianya terbilang masih sangat muda lahir bersamaan dengan Kabupaten Buton Selatan dan Buton Tengah pada tahun 2014 lebih muda satu tahun dari Kabupaten Konawe Kepulauan, dan Kabupaten Kolaka Timur sebagai daerah otonomi baru di Sulawesi Tenggara.
Meski baru genap 10 tahun usia nya, Muna Barat telah dipimpin oleh 1 Bupati definitif, 1 Pelaksana Tugas Bupati, dan 2 Penjabat Bupati. Dari 4 bupati yang memimpin tersebut masing-masing telah menorehkan pembangunan melalui kebijakan yang mereka ambil selama masa kepemimpinan mereka.
Terlepas dari hal yang tidak nampak secara fisik, mereka telah berusaha berbuat yang terbaik untuk membangun daerah yang kecil tersebut.
Tahun ini, 2024-2029 hajatan politik 5 tahunan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak seluruh Indonesia memasuki ambang yang semakin dekat. Begitu pula, daerah Muna Barat sebagai salah satu daerah yang mengikuti hajatan politik besar itu. Dalam hal ini pada tanggal 27 November 2024 nanti pilkada serentak akan dilaksanakan dan akan memasuki babak baru untuk arah pembangunan ke depan. Menariknya, daerah ini hanya memiliki satu pasangan calon tunggal, yaitu Calon Bupati Laode Darwin dan Calon Wakil Bupati Alibasa.
Tak tanggung-tanggung calon tunggal ini berhasil memboyong semua partai politik yang merepresentasi jumlah kursi DPRD Muna Barat sebanyak 20 kursi. Hal ini membuat para calon kompetitor nya harus mengurungkan niatnya untuk bertarung pada pilkada kali ini, padahal calon kompetitor nya juga memiliki massa yang tak sedikit dan rencana program yang begitu cemerlang.
Deretan daftar pesaingnya misalnya seperti bakal calon Laode Muhammad Amsar, Fajar Hasan dan Waode Sarinah. Di sisi lain, calon tunggal ini menjadikan pilkada Muna Barat sebagai salah satu daerah dari 41 Kabupaten/Kota seluruh Indonesia yang melawan kotak kosong serta hanya satu-satunya kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara yang memiliki pasangan calon tunggal.
Lantas Apa Yang Terjadi Kalau Melawan Kotak Kosong ?
Fenomena kotak kosong dalam pilkada muncul dikarenakan hanya memiliki calon tunggal, sehingga yang menjadi kompetitor nya adalah pilihan kotak kosong. Adanya pilihan kotak kosong ini adalah cara untuk memastikan agar demokrasi tetap berjalan dengan baik. Dimana para pemilih diberikan alternatif pilihan apabila tidak sejalan misi calon tunggal yang ada, yaitu pilihan kotak kosong. Cara ini juga diklaim untuk menjaga partisipasi pemilih agar tidak apatis ketika pemilihan akan berlangsung.
Aturannya, paslon tunggal yang ada harus meraup suara 50% + 1 agar bisa dikatakan menang melawan kotak kosong. Namun apabila sebaliknya, kotak kosong dinyatakan menang maka kekosongan kepala daerah akan diisi oleh Penjabat sementara (PJs) Bupati sampai pilkada berikutnya dilaksanakan.
Jika dikalkulasikan maka yang terjadi seperti ini. Berdasarkan hasil Pemilu pada 14 Februari 2024 lalu, jumlah wajib pilih di Muna Barat mencapai 60.288 ribu wajib pilih. Dengan data itu berarti pasangan calon bupati Laode Darwin dan Alibasa harus mendapatkan 30.145 (50% +1) atau lebih ribu suara aman agar memenangkan pertarungan melawan kotak kosong.
Dan jangan salah apabila berkaca pada sejarah pilkada yang melawan kotak kosong, kita dapat melihatnya dari hasil Pilkada Pilwali Kota Makassar pada tahun 2018. Dimana hasil Pilwali Kota Makasar memenangkan kotak kosong dengan suara 300.969 suara dibandingkan paslon tunggal nya yang hanya memperoleh suara sebanyak 264.071 suara.
Tantangan Kotak Kosong
Pilihan terhadap kotak kosong terhadap adanya paslon tunggal adalah alternatif bagi para pemilih yang tidak suka dengan paslon Laode Darwin dan Alibasa. Hal ini di klaim untuk membuat para pemilih agar tetap ke TPS untuk mencoblos pilihan kotak kosong.
Adanya pilihan kotak kosong ini akan membuat para pendukung dari bakal calon seperti Laode Muhammad Amsar, Fajar Hasan dan Waode Sarinah untuk meluapkan pilihannya pada kotak kosong dikarenakan figur mereka tidak jadi maju sebagai calon kepala daerah di Muna Barat. Cara ini terbilang mudah bagi mereka yang kontra terhadap paslon tunggal karena tinggal datang ke TPS tanpa beban dan mencoblos pilihan kotak kosong.
Bagi pihak paslon tunggal dengan posisi mereka yang hanya calon tunggal akan membuat mereka sedikit jumawa dan merasa tidak terlalu berat untuk memenangkan pertarungan.
Mengingat dukungan seluruh partai politik yang di DPRD adalah bukti bahwa paslon tersebut merepresentasikan kemauan rakyat Muna Barat. Di sisi lain, keberadaan paslon tunggal ini memiliki keuntungan lain yakni ketegangan maupun tensi pilkada dapat ditekan sehingga kemungkinan konflik keluarga maupun konflik horizontal yang lain karena beda pilihan paslon tidak akan terjadi lagi dan akan menciptakan politik yang sejuk dan damai.
Berikut saya gambarkan analisis saya tantangan buat paslon tunggal Muna Barat :
- Berhadapan dengan konsolidasi konstituen yang basis massanya kuat dan loyal yang berasal dari calon rival politiknya, massa pendukung Laode Muhammad Amsar, Fajar Hasan dan Waode Sarinah.
- Bekerja keras untuk memastikan para pendukungnya untuk ke TPS dan mencoblos. Karena apabila tidak dilayani dengan baik maka bisa saja mereka tidak akan ke TPS bahkan kendatipun mereka ke TPS tidak ada jaminan yang kuat untuk memastikan mereka tidak memilih kotak kosong.
- Orang-orang sekitar atau biasa yang disebut dengan ring 1 paslon sebisa mungkin untuk tidak mengecewakan para pendukung dengan alasan apapun sampai benar-benar pencoblosan selesai dilakukan. Mengingat tensi politik yang akan muncul dengan adanya figur tunggal ini adalah kesalahan-kesalahan kecil bisa saja terjadi dan berakibat pada kekecewaan para pendukung dan beralih mendukung kotak kosong.
- Paslon tunggal harus sudah sering menawarkan konsep dan gagasan yang tepat terhadap keadaan masyarakat Muna Barat hari ini. Misalnya di Kecamatan Wadaga, mayoritas masyarakatnya adalah berprofesi sebagai petani jagung dan kacang. Hanya sedikit dari para petani yang melakukan inovasi atau jenis tanaman baru yang lebih unggul hasil tani nya seperti kelapa sawit, dibandingkan dengan kebiasaannya pertanian sebelumnya.
Hal ini harus ada konsep baru yang ditawarkan dari paslon tunggal untuk mendukung hasil tani masyarakat atau menciptakan inovasi baru di bidang pertanian. Misalnya selama ini hasil panen jagung dan kacang selalu di bawah ke tengkulak atau di pasar tradisional yang harganya pasti jauh lebih rendah ketimbang dari pembeli utamanya.
Pemangkasan rantai pembelian harus dilakukan kedepannya agar memaksimalkan potensi pertanian masyarakat. Konseptor paslon harus bisa menawarkan konsep ini atau konsep yang jauh lebih baik dalam mengentaskan masalah pertanian di Muna Barat yang itu-itu saja.
Berikutnya misalnya dari segi pendidikan, pemberian beasiswa prioritas yang tidak mampu seperti anak yang statusnya yatim atau piatu ataupun yatim piatu untuk diberi akses beasiswa dari tingkatan SD sampai Perguruan Tinggi. Hal ini adalah upaya untuk menekan angka putus sekolah karena alasan biaya untuk segera diatasi dimasukkan ke dalam program paslon selama periode pemerintahan.
Pada prinsipnya adalah tawaran program harus betul-betul menjawab permasalahan krusial yang ada di Muna Barat hari ini. Ini hanya contoh kecil saja, tentu masih banyak yang lainnya yang perlu dibenahi dari segi birokrasi pemerintahan atau dari segi pembangunan infrastruktur di Muna Barat ke depan.
Sebagai pemuda yang lahir dan tumbuh besar di Muna Barat, saya memiliki harapan yang cukup besar bagi kemajuan daerah yang tergolong masih muda tersebut. Tentunya dengan hanya paslon tunggal ini ada plus minusnya bagi saya pribadi. Awalnya saya tidak tertarik untuk membahas politik yang hanya memunculkan 1 paslon ini, karena saya menganggap bahwa partai politik pengusung tidak memiliki keberanian untuk ber kontestasi pada pilkada Muna Barat 2024 ini.
Saya juga menyampaikan bahwa saya bukanlah seorang pendukung maupun non pendukung. Akan tetapi, sekali lagi sebagai pemuda yang memiliki perasaan nurani untuk melihat tanah kelahirannya dapat berkembang maju seperti daerah-daerah lain di Indonesia.