Kendari,lensa-rakyat.com || Marhaenisme menjawab tantangan zaman, DPK GmnI Universitas Sulawesi Tenggara menggelar dialog publik di salah satu warkop yang ada di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara pada 8 Juli 2024.
Kegiatan tersebut sebagai respon balik tentang perkembangan zaman globalisasi modernisasi yang kian banyak Ideologi – ideologi besar yang lain masuk di Indonesia mengancam dari pada stabilitas dan konduktivitas bangsa, negara dan masyarakat.
Sehingga ini akan berpotensi terjadinya disintegrasi bangsa, radikalisme serta berbagai isu yang membius generasi muda agar terlena dengan produk bangsa barat yang hari ini juga mulai terlena dengan hal-hal yang pragmatis.
Dialog tersebut juga bentuk dari pada konsolidasi barisan marhaenis dan nasionalis yang mengikuti ajaran, asas dan ideologi bung Karno yakni marhaenisme.
Hadir pada acara tersebut narasumber Ketua DPC GmnI Kota Kendari Rasmin Jaya, Sekretaris DPD GmnI Sultra Hasir.
Dalam Sambutanya Ketua DPK GmnI Unsultra, Ardyanto mengatakan sangat mengapresiasi DPC GmnI Kota kendari yang selalu merespon positif kegiatan yang di lakukan komisiariat dalam menjalankan kerja-kerja organisasi sehingga ini menjadi penting bagi komisariat untuk melakukan kegiatan yang produktif.
ia juga menyampaikan, tema ini bermaksud untuk kembali merefleksi konsep-konsep pemikiran bung karno sebagai pijakan dalam berbangsa dan bernegara di tengah gempuran tantangan zaman yang begitu besar dalam berkehidupan.
Menurut Ardyanto, Marhaenisme adalah nyawa dari GmnI dan itu masih sangat relevan dengan perkembangan zaman saat ini yang selalu menentang segala bentuk penindasan yang terjadi.
“Karena itu kita sebagai anggota dan kader GmnI harus selalu mengilhami nilai-nilai marhaenisme sebagai konsep perjuangan serta dapat mengimplementasikan pada masyarakat sesuai dengan kondisi saat ini,” Tegasnya.
Subtansi dari marhaenisme ajaran bung karno masih tetap relevan karena memuat nilai dasar dari bentuk tatanan masyarakat yang adil, bebas dari eksploitasi atau penghisapan.
Maka itu anggota baik kader GmnI dimanapun bisa mengiplementasikan nilai-nilai tersebut, di masyarakat mulai dari penguasaan konsepsi-konsepsi perjuangan marhaenisme dan pemahaman akan situasi kekinian dan kecermatan dalam berstrategi.
“Anggota dan lader GmnI di tuntut kecerdasan untuk selalu mengkaji persoalan yang ada apalagi kondisi arus globalisasi sangat pesat hadir dengan beragam teknologi yang semakin berkembang di tatanan masyarakat. maka itu anggota dan kader GmnI harus berpikir visioner dan progresif yang sesuai dengan konteks zamannya,” Harapnya.
Sementara Ketua DPC GMNI Kendari, Rasmin Jaya dalam pemaparan dialognya relevansi ajaran bung Karno akan tetap ada selagi masih ada bentuk penjajahan dan pengisapan kapitalisme global yang saat ini bercokol di Indonesia.
Sebab bentuk pengisapan sekarang adalah bentuk penjajahan gaya baru yang di lakukan Nekolim, Neokolonialisme, Neoliberalisme dan kapitalisme yang ingin meraup kekayaan Indonesia dan Sumber Daya Alamnya.
Sehingga ini harus menjadi perhatian bersama, agar Marhaenis muda tetapi menjadikan marhaenisme sebagai asas, ideologi perjuangan untuk menentang penjajahan manusia di atas manusia bangsa di atas bangsa.
“Ia mengingatkan kepada anggota dan kader GMNI Kota Kendari untuk tetap melakukan konsolidasi dan merapikan barisan Marhaenis sebab apa yang menjadi cita-cita kita menuju sosialisme Indonesia dalam praktek yakni Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia akan tetap kita perjuangkan,” Tegasnya.
Ia juga membeberkan tentang apa yang menjadi tanggung jawab marhaenis muda, bahwa sebagai anggota dan kader GMNI merasa punya tanggung jawab sejarah dan ideologi.
“Apa lagi ideologi marhaenisme pernah di hilangkan di Masa Orde Baru dengan proyek desoekarnoisasi, distorsi dan manipulasi sejarah sehingga ini harus kita luruskan tentang apa yang menjadi hegemoni Orde Baru sebelumnya yang ingin menghapuskan ajaran bung Karno dari pikiran masyarakat Indonesia,” Bebernya.
Sehingga sebagai Marhaenis muda juga harus tetap memperhatikan sistem pendidikan di perguruan tinggi saat ini agar tidak di kapitalisasi oleh oknum yang hanya menguntungkan dirinya sendiri.
Ia juga mengingatkan, pola kaderisasi dan latihan dasar kepemimpinan tidak hanya di jadikan sebagai agenda yang formalitas dan sekadar menggugurkan tanggung jawab tetapi harus betul-betul menanamkan nilai-nilai perjuangan, integritas, penanaman moralitas serta ideologi agar apa yang menjadi jati diri pemuda dan Mahasiswa harus terus menjunjung tinggi idealisme.
Terakhir, Sekretaris Jendral DPD GMNI Sulawesi Tenggara, Hasir mengatakan agar anggota dan kader GMNI Se Sulawesi Tenggara untuk tetap bersinergi dalam menggenjot program kaderisasi baik itu tingkatan Komisariat, Cabang dan DPD.
“Ia juga menggambarkan model kebijakan pemerintah hari ini yang berpihak kepada investasi asing, dengan banyaknya masuknya pertambangan yang ada di Indonesia khususnya di Sulawesi Tenggara untuk mencari keuntungan sebanyak banyaknya tetapi sangat berbanding terbalik dengan apa yang di harapkan, yaitu tidak mampu memberikan jaminan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan yang berkelanjutan,” Tegasnya
( TIM )