KENDARI,lensa-rakyat.com || Keluarga korban Lakalantas yang terjadi di Jalan Poros Kendari-Andoolo tepatnya di Desa Anduna Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) ancam bakal menggelar aksi dengan memboikot Kantor Niaga Logistik di Kota Kendari.
Pasalnya, sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pengurusan transportasi yang terlibat dalam kecelakaan maut yang menyebabkan 2 orang warga Kabupaten Muna meningga dunia dan 1 orang cacat permanen diduga belum bertanggung jawab atas peristiwa tragis yang terjadi pada Minggu 15 September 2024 lalu.
Koordinator Investigasi LSM Gerakan Rakyat Sulawesi Tenggara (GERAK-SULTRA, La Ode Supriadin, menyatakan bahwa sekiranya Niaga Logistik punya itikad baik dan hati nurani mestinya menunjukkan empati dan kepedulian terhadap korban kecelakaan khususnya yang masih sementara dirawat di RSUD Bahteramas Kota Kendari.
“Sampai saat ini pihak perusahaan PT niaga Logistik, belum atau tidak ada kepeduliaan sama sekali terhadap korban lakantas yang masih hidup dan tergelatak di RS Bahteramas atas nama Dea Ananda”, kata Supriadin kepada media ini, Minggu, 29 September 2024.
Supriadin menyebut bahwa korban Dea Ananda kemungkinan mengalami cacat permanen, namun pihak perusahaan tidur memberikan perhatian sama sekali.
“Kepada korban yang masih hidup saja tidak ada kepekaan dan kepeduliannya apalagi terhadap 2 korban jiwa yang sudah meninggal”, kata Adhink Laiworu sapaan akrabnya.
Lebih lanjut Adhik Laiworu menegaskan bahwa pihak keluarga hanya butuh kepastian, jika pun tidak maka LSM GERAK SULTRA akan melakukan aksi kepada pihak atau instansi terkait agar dilakukan pencabutan izin operasional dari PT Niaga Logistik selaku pemilik armada.
“Jika perusahaan tidak segera menunjukkan itikad baik maka kami pastikan akan melakukan aksi didepan kantor atau pelataran tempat parkir armada Niaga Logistik yang ada di wilayah Abeli Poasia”, tegasnya.
Sementara itu, penanggung jawab Niaga Logistik Cabang Kendari yang enggan menyebutkan namanya membatah jika pihaknya disebut tidak bertanggung jawab.
“Dari hari pertama kecelakaan kami sudah mencari keluarga korban. Di hari ketiga atau keempat saya menelpon keluarga korban. Tapi keluarga korban sendiri bilang nanti lewat tujuh malam”, kata dia saat dihubungi melalui panggilan Whatsapp.
“Tapi ternyata dari pihak keluarga korban sendiri ada dua kubu, disatu sisi tidak setuju uang santunan dikasih ke si A, di satu sisi juga tidak setuju jika dikasih lewat si B. Jadi kami selaku pihak yang mau bertanggung jawab bingung juga. Makanya kami sarankan pihak keluarganya untuk rembuk dulu, biar tidak ada mis komunikasi”, tukasnya.
(Redaksi)