Memasuki usia ke-355, Sulawesi Selatan (Sulsel) telah menorehkan sejarah panjang sebagai salah satu provinsi yang berpengaruh di Indonesia.
Dari sudut pandang pembangunan, Sulsel dikenal sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di kawasan timur Indonesia, didukung oleh sektor agribisnis, perikanan, dan pariwisata yang berkembang pesat. Namun, di balik kemajuan yang dicapai, generasi muda di Sulsel memiliki ekspektasi lebih dari sekadar prestasi ekonomi.
Mereka mendambakan sebuah perubahan signifikan dalam tata kelola pemerintahan dan pelayanan publik yang lebih baik, transparan, dan bebas dari kepentingan pribadi serta golongan tertentu.
Generasi muda yang kini lebih teredukasi dan kritis memandang bahwa peran pemerintah dalam menciptakan tata kelola yang adil sangat krusial bagi pembangunan jangka panjang.
Di tengah perayaan hari jadi Sulsel yang megah, muncul harapan baru agar sistem pemerintahan di provinsi ini semakin berbenah, terutama dalam hal pelayanan publik. Pelayanan publik yang inklusif, merata, dan bebas dari korupsi menjadi isu utama yang kerap disuarakan oleh kaum muda.
Sebagai pengguna aktif teknologi dan media sosial, anak muda Sulsel tak hanya menjadi penonton pasif, tetapi juga agen perubahan yang menginginkan tata kelola pemerintahan yang lebih baik.
Mereka sadar bahwa kemajuan teknologi telah memberi mereka kekuatan untuk mengawasi jalannya pemerintahan dan mengevaluasi kebijakan yang diambil oleh para pemimpin.
Dengan kemudahan akses terhadap informasi, generasi muda Sulsel mampu mendeteksi setiap praktik buruk seperti korupsi, nepotisme, dan kebijakan yang lebih menguntungkan segelintir elit daripada masyarakat luas.
Salah satu sorotan utama kaum muda adalah kualitas pelayanan publik yang dirasa belum optimal.
Masih banyak laporan tentang ketimpangan dalam pelayanan, khususnya di wilayah-wilayah terpencil yang seringkali kurang mendapat perhatian.
Di bidang kesehatan, misalnya, akses terhadap fasilitas kesehatan yang memadai masih menjadi tantangan di beberapa daerah.
Banyak masyarakat, terutama di pedesaan, kesulitan mendapatkan layanan kesehatan berkualitas karena jarak, infrastruktur, dan keterbatasan tenaga medis.
Hal serupa terjadi di sektor pendidikan. Meskipun Sulsel dikenal memiliki beberapa universitas ternama, akses terhadap pendidikan berkualitas bagi anak-anak di daerah pedalaman masih terbatas. Rendahnya kualitas infrastruktur pendidikan di daerah-daerah tersebut menyebabkan anak-anak muda di sana sulit bersaing dengan rekan-rekan mereka yang berada di kota. Ketimpangan ini, menurut kaum muda Sulsel, harus segera diatasi jika pemerintah benar-benar ingin menciptakan Sulsel yang maju dan berkeadilan.
Selain pelayanan publik, generasi muda juga berharap adanya reformasi dalam proses pengambilan kebijakan.
Mereka menginginkan kebijakan yang tidak hanya dirancang untuk memenuhi kepentingan kelompok elit politik atau pengusaha besar, tetapi juga kebijakan yang berpihak pada rakyat kecil.
Sebagai contoh, dalam pengelolaan sumber daya alam, anak muda Sulsel kerap menyuarakan kritik terhadap proyek-proyek besar yang lebih menguntungkan investor ketimbang masyarakat lokal.
Mereka mendambakan kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan tanpa mengorbankan lingkungan atau kesejahteraan sosial masyarakat.
Di sisi lain, transparansi dalam pengelolaan anggaran juga menjadi isu penting yang diangkat oleh generasi muda.
Mereka menuntut agar alokasi anggaran, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, benar-benar digunakan secara tepat dan tidak disalahgunakan oleh oknum yang mencari keuntungan pribadi.
Dalam hal ini, kaum muda berharap pemerintah Sulsel dapat memberikan contoh yang baik dalam hal akuntabilitas dan transparansi.
Mereka ingin melihat adanya sistem pengawasan yang lebih kuat dan partisipasi masyarakat yang lebih besar dalam proses pengambilan keputusan.
Tuntutan kaum muda ini tidak muncul tanpa alasan. Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai kasus korupsi dan penyalahgunaan wewenang telah mencoreng wajah pemerintahan di tingkat pusat maupun daerah.
Di Sulsel sendiri, beberapa kasus korupsi yang melibatkan pejabat publik membuat masyarakat, terutama generasi muda, kehilangan kepercayaan terhadap integritas pemerintahan.
Oleh karena itu, mereka berharap HUT ke-355 Sulsel dapat menjadi momentum bagi pemerintah daerah untuk memperbaiki citra dan komitmennya dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi.
Generasi muda Sulsel memiliki idealisme yang tinggi. Mereka ingin melihat perubahan nyata dalam pemerintahan yang tidak hanya bersifat kosmetik, tetapi benar-benar berdampak pada kehidupan sehari-hari masyarakat.
Mereka ingin pemerintah lebih terbuka dalam mendengarkan aspirasi rakyat, terutama kaum muda yang memiliki gagasan segar dan inovatif.
Dalam era globalisasi ini, kaum muda Sulsel menginginkan pemimpin yang visioner, yang mampu mengarahkan provinsi ini menuju kemajuan dengan mengedepankan nilai-nilai transparansi, keadilan, dan partisipasi publik.
Harapan lainnya adalah agar pemerintah Sulsel lebih memprioritaskan pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan.
Dalam beberapa tahun terakhir, isu perubahan iklim dan kerusakan lingkungan menjadi perhatian utama di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Sulsel, dengan kekayaan alamnya yang melimpah, memiliki potensi besar untuk menjadi provinsi yang memimpin dalam penerapan kebijakan lingkungan yang progresif.
Kaum muda berharap pemerintah lebih serius dalam melindungi sumber daya alam Sulsel dari eksploitasi berlebihan demi kepentingan segelintir pihak.
Pada akhirnya, HUT ke-355 Sulsel tidak hanya menjadi ajang refleksi bagi pemerintah, tetapi juga bagi seluruh elemen masyarakat, termasuk kaum muda. Sulsel yang lebih baik, adil, dan makmur tidak bisa terwujud tanpa kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat.
Kaum muda, dengan semangat dan idealisme yang mereka miliki, siap menjadi mitra strategis pemerintah dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang lebih baik dan pelayanan publik yang lebih adil.
Dengan dukungan dari seluruh elemen masyarakat, khususnya kaum muda, Sulsel dapat melangkah menuju masa depan yang lebih cerah, di mana kepentingan masyarakat luas diutamakan di atas kepentingan pribadi atau golongan.
Momentum perayaan ini harus dijadikan titik tolak untuk memperbaiki segala kekurangan yang ada. Pemerintah harus membuka ruang lebih besar bagi kaum muda untuk terlibat aktif dalam proses pembangunan. Tutup.**